Aku mengunci pintu rumahku dan menutup tirai. Ayah dan ibuku baru saja berangkat ke musholla dekat rumah untuk bertarawih, begitu pula dengan adikku yang telah lebih dulu pergi bersama teman-temannya yang selalu terdengar suaranya ketika adzan Isya berkumandang. Sendiri lagi, ya itu yang terpikir olehku sekarang. Biasanya aku selalu menikmati kesendirianku di rumah, tapi tidak untuk malam ini. Entah mengapa aku ingin menghabiskan waktu malam ini bersama dengan teman-temanku, sholat tarawih di masjid seperti biasanya, mengerjakan tugas sekolah atau belajar jika besoknya ada ulangan, hingga mengobrol membicarakan sesuatu yang tidak begitu penting, hihi, kebiasaan itu memang kurasa sulit untuk dihindari.
Gemericik air terdengar di saluran air belakang rumah dan tetes air yang berjatuhan dari atap rumahku. Wah, rupanya hujan telah berhenti, aku tidak tahu apakah telah berhenti secara sempurna atau masih meninggalkan tetesan air dari langit itu. Aku terlalu nyaman duduk di depan komputer bersama segelas teh hangat sisa buka puasa tadi, hingga tak ada niat untuk beranjak dari sini, padahal aku ulangan agama islam besok, hukum Islam tentang penyembelihan hewan, dan aku belum sekalipun membuka buku paketku sejak seminggu yang lalu tepatnya ketika mendapat pelajaran itu.
Tindakanku untuk bernyaman-nyaman di depan komputer sepertinya memang terlalu berani, karena aku belum belajar sedikitpun untuk tes esok hari. Hah, aku jadi teringat akan janjiku pada diriku sendiri yang kuucapkan ketika menerima rapor kenaikan kelas 8 kemarin. Aku mendapat nilai yang sungguh tidak memuaskan. Karena itu aku berjanji, kelas 9 ini aku harus berubah, harus bisa tetap belajar meskipun moodku sedang tidak bagus, harus tetap berusaha walaupun aku down, dan yang terpenting adalah mengurangi pemakaian internet untuk hal yang tidak berguna. Tapi sampai sekarang aku belum bisa memenuhi janji itu, padahal aku mulai merasa kesusahan belajar di kelasku, salah satu dari dua kelas unggulan di angkatanku.
Sekarang aku menagih janjiku sendiri, tapi apa dayaku, aku tak sanggup memenuhi janji itu sekarang, aku bahkan masih belum bisa menemukan aku yang dulu, aku yang rajin belajar, aku yang selalu mendapat nilai bagus, untuk sekarang mendapat nilai 9 saja aku sudah sangat bersyukur, nilai seperti itu tidak ada apa-apanya di bandng nilai teman-temanku. Aku berusaha mengejar, tapi kadang aku merasa aku benar-benar tidak sanggup, bukan kadang, mungkin sering. Aku mungkin durhaka pada ibuku, aku berjanji akan memperbaiki nilai di kelas 9 ini, tapi mana buktinya, aku malah mengecewakan beliau jika beliau tahu nilai seperti apa yang selama ini aku dapat. Aku tidak tega melihat kekecewaan ibu, lebih tepatnya aku takut akan kemarahan beliau atas nilaiku. Sekarangpun aku melanggar janji itu, aku berjanji tidak akan online malam ini, tapi nyatanya aku menulis, ya walaupun tidak bisa juga di katakan online. Maafkan aku, Ibu, ku harap Ibu tidak marah..
Bau air hujan di luar mengingatkanku pada hujan di Jawa, tenpat nenek dan kakekku. Tanpa sadar aku begitu merindukan mereka. Merindukan suasananya, keponakan kecilku, kakak sepupuku, nenekku, tidak terkecuali kakekku. Ah, aku bahkan tidak tau bagaimana kabar kakekku sekarang, terakhir aku meninggalkannya, beliau hanya berbaring dan memintaku mengelus-elus tangannya. Kurus, yang tersisa hanya kulit yang membungkus tulang. Aku tidak tega melihat beliau. Apalagi kata-kata yang selalu ku ingat dari kakekku saat terakhir aku di desa kemarin, belajar yang bener ya, galuh, terus nanti jadi dokter, bisa meriksa orang-orang sakit kayak mbah gini, baik-baik sama tias ya, yang pinter sekolahnya, sejujurnya ketika aku mengingat beliau hanya air mata yang dapat ku teteskan, betapa jahatnya aku sebagai cucu..
Sudah setengah jam aku terpekur di depan monitor komputer ini, tanganku menari di atas keyboard, kalau ibu sedang ada di rumah beliau pasti mengomentari aku sebagai sekretaris kantor karena suara ketukan keyboard yang beradu dengan jariku pasti membahana ke seluruh area rumah. Ayah dan ibuku juga sebentar lagi pulang, aku sudah harus belajar. Ah, padahal malam ini aku ingin tarawih berjamaah di masjid. Entah ini pertanda apa aku tidak diijinkan pergi keluar malam ini, semoga ini memang sesuatu yang baik. Sampaikan rinduku pada mereka yang ku rindukan Ya Allah, termasuk kepada nabimu Muhammad SAW yang selalu menjadi panutanku hingga akhir hayat nanti..
No comments:
Post a Comment