aku

terkadang aku merenung, seberapa sering aku melakukan hal yang tidak seharusnya aku lakukan, kadang juga aku merenung, seberapa jauh aku telah masuk ke dalam 'dunia' yang aku rasa sebagai dunia paling benar padahal tidak. tapi aku hanya galuh, tanpa setitik pun kesempurnaan.

jika memikirkan diriku sendiri aku jadi lebih sering berdiam diri, bukan untuk merenung dan memikirkan cara untuk menjadi lebih baik, tetapi aku malah merasakan sebuah luapan emosi, aku menyesali diri mengapa aku tidak bisa menjadi aku yang lebih baik, mengapa aku hanya bisa melakukan kesalahan yang sebenarnya sangat bisa dihindari, dan mengapa-mengapa yang lain yang membuatku tersudut dalam diamku.

ini aku, aku yang tempramen, aku yang egois, aku yang kadang tidak bisa mengontrol emosi, aku yang berpikir untuk meluapkan emosi dengan menyakiti diri sendiri daripada menyakiti orang lain, aku yang sensitif, aku yang mudah tersulut emosi, aku yang mudah cemburu, dan aku-aku-yang-lain yang mungkin tidak ada sisi positifnya.

aku pernah marah, marah karena aku tidak menjadi apa yang aku inginkan. aku pernah membaca sebuah buku, di situ tertulis, "...jangan menyesali apa yang ada pada dirimu karena kamu akan berlarut-larut dalam kesedihanmu memikirkan ingin jadi apa kamu..." aku pernah merasa tidak menerima apa yang ada dalam diriku, aku menyesali diri semua sifat-sifat jelek itu ada dalam diriku. kalau aku bersikap seperti itu apa aku termasuk ke dalam orang-orang yang tidak bersyukur itu? apa aku termasuk ke dalam golongan orang-orang yang mendustai nikmatNya? aku tidak mau, aku hanya ingin menjadi apa yang aku inginkan, salahkah? ku harap jawabannya tidak.

aku sedang merasakan rindu yang sangat kepada seseorang yang sebenarnya hanya berjarak tidak sampai satu kilometer dari rumahku, tetapi entah mengapa aku merasa dia begitu jauh. mudah saja jika aku ingin bertemu dengannya, hanya saja aku merasa malu, malu pada diriku sendiri karena aku telah berharap padanya, orang yang tidak seharusnya aku harapkan. dia sempat memberi bahagia kepadaku beberapa bulan yang lalu hingga akhirnya dia mengatakan padaku bahwa dia telah menemukan sepasang lagi hatinya. sungguh tidak penting ketika aku berpikir tentangnya, hanya saja aku sangat merindukannya malam ini, ku harap dia baik-baik saja.

ah, 'sirine fals' itu telah berbunyi, adikku seketika berlari ke meja makan dan mengambil tempat untuk berbuka. cukup untuk hari ini aku merenungkan hal yang berdebat dalam hati dan pikiranku. sesungguhnya aku merasa malu denganNya karena aku hanya bisa mengharap bahagia, sedangkan apa yang aku lakukan untukNya? aku bahkan tidak mengerjakan apa yang dimintaNya, rasanya aku sungguh tidak pantas sama sekali untuk mendapatkan bahagia dariNya, walaupun begitu aku tetap selalu berharap...

No comments:

Post a Comment

they who have seen this page

Followers